Kontrol Keuangan Dengan Layanan Prabayar
Ding, platform top-up seluler terbesar di dunia, telah mempublikasikan temuan perdana Global Prepaid Index (GPI) miliknya untuk Indonesia. Survei tersebut meneliti bagaimana sikap pengguna terhadap layanan prabayar, seperti telepon seluler prabayar dan tagihan utilitas prabayar.
Di antara temuan tersebut, terungkap bahwa 93 persen orang Indonesia yang disurvei telah menggunakan beberapa aspek pasar prabayar, dengan persentase tertinggi di antara tujuh negara yang disurvei. Sayangnya, Ding tak menyebutkan negara-negara mana saja yang menjadi bahan surveinya.
Melalui laporan tersebut, terungkap jika orang Indonesia paling memiliki rasa tanggung jawab dalam membantu teman dan keluarganya dibandingkan dengan negara lain. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa responden Indonesia sangat memperhatikan perencanaan finansial dan merasa optimis dengan kehidupan perekonomiannya.
"Global Prepaid Index Ding telah mengungkapkan potensi pasar yang sangat besar untuk produk prabayar," ujar Mark Roden, Founder & Chief Executive Ding dalam keterangan resminya.
Dilanjutkannya, penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan ekonomi prabayar karena pilihan, bukan karena kebutuhan, dan pasar prabayar memikat banyak orang dari semua tingkat pendapatan mereka.
"Prabayar memberikan fleksibilitas, transparansi yang lebih baik, serta kontrol keuangan yang lebih baik," ungkap dia.
Ia pun tak memungkiri bahwa konektivitas telah menjadi sarana yang tak terpisahkan dalam menjaga kebersamaan keluarga dan orang yang dicintai selama satu tahun terakhir dan diprediksikan akan terus berlanjut di tahun 2021 dan seterusnya.
Responden Indonesia mengungkapkan bahwa aktivitas yang paling mereka nantikan saat sudah diperbolehkan kedepannya adalah menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.
"Namun dengan adanya ketidakpastian terkait aturan perjalanan serta tantangan yang dihadapi pasca-Covid ke depannya, pulsa seluler dan konektivitas digital akan terus menjadi penting dan dibutuhkan," terang dia
Menurut GSMA, dari total 350 juta pasar telepon seluler di Indonesia, 97 persen atau sekitar 340 juta koneksi seluler dibayar di muka. Selain itu, terdapat kebutuhan yang tinggi dari masyarakat Indonesia untuk mempunyai pulsa telepon dan terhubung dengan keluarganya di seluruh dunia.